Duh...Tadi Ke Roma (Rombengan Malam) Antusias Banget...

|






Tadi Habis kondangan dari Teman langsung meluncur ke Roma (Rombengan Malam).Udah berapa hari ini sich pingin kesana.Soalnya dulu dapat info dari teman kalau disana banyak barang di jual murah dari Hp sampan komputer Pentium IV dijual cuma 100 ribu kata temanku,siapa yang gak ngiler...malamnya langsung cabut ke sana deh,soalnya belum pernah kesana deh...he...he...Wedew langsung ke sana..lirik sana lirik sini kok gak ada yang jual,soalnya aku masuk ke Boldy (Nich tempat kalau siang buat jualan barang bekas juga,kebanyakan sih barang electronik gitu....),sialan nich aku di kerjain teman ku pikirku...soalnya sepi banget tempat ini,aku berangkatnya jam 8 malam padahal,duh...kata anak2 tutup nya sampek jam 10 ini kok gak ada apa2....pulang deh...

Seminggu kemdian perasaan penasaran tetap menggelora soalnya,anak2 kok pada ribut habis dari Roma,katanya sih barusan dapat barang murah2....wich pa lagi ditunjukin habis dapat hp murah...sialan pikirku.Aku coba konfirmasi ke teman ku lagi hey...kemarin aku udah 2 kali ke situ,kok gak ada yang jual apa2...malah boldy nya gelap gulita tuh...Ya emang di boldi kan kata temanku...iya Boldy..kataku gelap gulita ...Ntar..kamu ke Boldy yang mana (kata temanku)...itu..tuh...boldy dekat apotik,kalau siang buat jualan barang elektronik.....bhuakakakakakkakaka itu dah bener...tapi pedangang Roma itu yang di pinggir jalan,bukan masuk di Boldy nya ....wedew...capek deh

Nnnnnnnnnnnn....setelah nyampek sana,sesuai petunjuk teman ku...hmmm ternyata bener apa kata temanku...Habis parkir sepeda,molai deh melakukan perburuan....Sebernarnya tujuan ku kesini sebernarnya nyari Hp,tapi yang kulihat yang jualan beraneka ragam,gak melulu Hp aja(kebanyakan Hp yang di jual second...dan hp langka lainnya...bhuakkkakaaaka yang dah gak ada di pasaran lagi.Ada yang jual barang bekas beraneka ragam molai perabotan rumah tangga,sandal sepatu,baju,dll

Setelah cari sana cari sini ....(pengen nya sih cari Hp SE K660i),tapi gak aku ketemuin,karena nich barang dah gak di produksi lagi(kabarnya sich pihak SE mengeluarkan seri terbaru terus...he he).Tapi lumayanlah...kesini..untuk sekedar hiburan...melepas penat sejenak...karena yang di jual barangnya unik2..bhuakkkakkka

Habis keliling ternyata capek juga....Hmmmmmm di sini ada banyak yang jualan makanan dan minuman...lesehan juga ada..he he.Akhirnya kuputuskan untuk beli pangsit mie aja...murah sih cuma 2000 aja,di pojok jalan..bhuakkkakkakakk...habis gak ketemu sih barang yang di cari...pulang deh...

Seminggu kemudian aku ke Roma lagi,tapi sebelum aku ke Roma,aku sempat kan mampir dulu ke Sega cell,dekat situ juga..barang kali jual Hp yang aku inginin(paling gak,kalau ada barangnya harganya sesuai dengan bajet yang aku bawa...heee heee..sebelumnya survey dulu sih soal harga baru n second).Ternyata..gak ada juga...alasannya sih sama,barang dah gak di produksi lagi n dah ngeluarin seri terbarunya...wedew capek deh...

Setelah keluar dari sana..iseng2 tanya ama tukang parkiran(dimana tempat jual Hp second).Dan ternyata dari tukang parkir ini aku mendapat penjelasan detail kalau mencari hp second.Tukang parkir itu menjelaskan kalau mencari barang secon lebih baik di Sarinah Plaza malang,Kalau nyari Hp di Malang Plaza yang di jual banyak barang servicenya n yang jual rata2 pinter nyervis hp(intinya pinter ngakali barang..
yang tadi gak hidup bisa hidup...he..he..itu katanya tukang parkir lho...tapi aku percaya aja...soalnya dia kalau crita sambil nunjukin fakta2 sih...salut.Dan kalau beli barang di Roma...itu untung untungan ..kalau dapat yang bagus ya..untung...kalau dapat yang jelek ya...buntung...Namanya juga...beli di Rombengan...he he...mana gak ada jaminan garasi lagi...n..katanya sih yang jual gak punya tempat menetap...itupun kadang hari itu jualan...lain hari tidak jualan....pokoknya kalau beli barang di situ untung-untungan...hemmmmm iya juga ya...
Untung nya aku kalau ke roma sekedar refreshing aja...sapa tau dapat barang yang diingini,bagus..n barangnya murah...wkwkwkwkkwkwk.Tapi aku salut ama yang jual di Roma..karena ini adalah salah satu Icon kota malang...yang dapat di critakan ke teman2 luar kotaku bahkan anak cucu ku nanti...karena banyak ke unikan yang ada di kota Malang tercintaku ini...sweeeeep

Akhirnya aku putuskan beli di Sarinah plaza..........n nemu deh barang yang aku inginin...SE K660i

Ok deh karena seneng nya dah kesana...dan gak bisa di ungkap kan dengan kata2 lebih
praktisnya aku sadur kan dari sumber lain ya...he..he...N foto2 Tentang Roma ada di bawah sini...monggo di nikmati...Selain itu aku sadurkan dari sumber lain..tentang Roma..(Rombengan Malam)...n video agak gelap...soalnya di situ tanpa penerangan,karena jualannya pada malam hari dan setelah toko pada tutup semua..biasanya sih molai jam 18.00 - 23.00 wib..kalau pun ada yang jual pakek aki untuk menyalakan neonnya...he he...























dan ini video nya...

youtube :


http://www.youtube.com/watch?v=lKTYMDMpQYk
http://www.youtube.com/watch?v=BwlN5WZsYOE

Ol






sumber: radar malang


Menikmati Malam di kawasan Roma Kota Malang
Belajar Akur dari Roma Barat dan Timur

Di Kota Malang, ada banyak alternatif mencari barang-barang bernuansa nostalgia. Selain di Pasar Comboran, ada satu lagi tempat khusus yang cukup enjoy untuk mengenang masa lalu. Khusus karena kawasan ini tidak terorganisasi, sangat alami, dan santun suasana. Kawasan ini biasa disebut kawasan rombengan malam alias Roma.

Jarum jam baru menunjukkan pukul 21.13 saat kami tiba di kawasan Roma (rombengan malam) Jl Raya Gatot Subroto. Suasana sudah terlihat ramai. Motor terparkir rapi di pinggir jalan. Ratusan orang duduk jongkok di trotoar. Ada juga yang bersila dan membungkuk. Mereka saling berhadapan.

Ada dua lajur trotoar yang dipakai. Sebelah timur Jl Raya Gatot Subroto atau biasa disebut Roma Timur, sedang di sebelah barat Jl Raya Gatot Subroto mereka namakan Roma Barat. Sebutan itu bukan sebuah feodalisme, tapi ya hanya membedakan tempat saja. Sebelah timur jalan dan sisi barat jalan.

Begitu turun dari kendaraan, rombongan kami tak lagi bergerombol. Langsung mencar sendiri-sendiri. Ada yang ke Roma timur, sebagian lagi ”bertahan” di Roma barat. Kebetulan kendaraan kami parkir di sisi barat jalan.

Tak seperti suasana pasar, kawasan roma ini lebih tenang. Penjualnya santai. Mereka hanya menghadapi calon pembelinya dengan sedikit memberitahu product knowledge-nya. Jadi tidak jemput bola layaknya pasar umumnya.

”Seperti ada kesantunan di sini ya,” celetuk salah satu anggota rombongan kami. ”Bukan kesantunan, tapi mereka menjalankan tauhid dalam berdagang. Mengapa, karena mereka yakin faktor utama barang mereka laku atau tidak adalah rejeki Tuhan. Jadi faktor keyakinan ada saja rejeki jika mau berusaha mereka terapkan betul,” ucap anggota rombongan lain.

Rombongan kami tertawa. Seorang pedagang di roma yang kebetulan berada di hadapan kami ikut tersenyum. Entah ia senang atau tersinggung dengan ucapan-ucapan kami itu. Yang pasti, suasana jadi menyenangkan. Bisa tertawa lepas. Bergurau. Dan ujungnya, bisa sejenak lupa dengan krisis, kepenatan, dan kenaikan bunga bank.

Kawasan roma hampir setiap hari menawarkan sensasi nostalgia yang patut dicoba. Bukanya sesudah maghrib. Tapi itu waktu tak resmi. Artinya pukul 20.00 pun, pedagang roma menyebutnya ba’da Maghrib. Kapan waktu resminya? ”Ya usai toko-toko itu tutup dan trotoarnya bisa dibeber dagangan,” kata Sunarji, salah satu pedagang roma seraya menunjukkan toko di belakangnya.

Pedagang roma ini memang menempati sepanjang trotoar Jl Raya Gatot Subroto. Orang dulu mengenalnya kawasan Boldy. Tak sulit menemukan kawasan roma. Kalau dari Alun-Alun Merdeka (pusat kota), tinggal ke timur sekitar 1 km.

Jl Raya Gatot Subroto sendiri merupakan jalan utama keluar masuk kota dari arah selatan. Setiap hari kendaraan-kendaraan besar lalu lalang di jalan ini. Terutama truk dan bus antar kota dalam provinsi (AKDP).

Namun ramainya Jl Raya Gatot Subroto ini justru menambah kenikmatan. Memang sedikit merasakan polusi dari asap kendaraan-kendaraan besar. Tapi suasananya; penuh makna dan nostalgia. Di sini pula kami belajar filsafat proletar. Sambil bernostalgia dengan barang-barang yang dijual, juga belajar memahami hidup yang sesungguhnya.

Di sini, belajar itu bisa makin gayeng jika jam sudah makin merambat malam. Kendaraan yang sudah mulai sepi justru berbanding terbalik dengan suasana kawasan roma ini. Beberapa pembeli atau pengunjung yang hanya sekadang nongkrong makin bertambah.

Mereka duduk jongkok menyatu dengan pedagang, tawar menawar, hingga sekadar melihat-lihat. Banyak juga yang lesehan di trotoar sambil kemulan sarung seraya menikmati kopi hangat dan nasi bungkus.

Sekitar pukul 23.00, kami memilih duduk santai di lesehan kopi. Lesehan ini berada di Roma timur. Tak ada nama warung ini. Hanya ada meja kecil dengan dua kompor minyak tanah kecil. Satu untuk selalu menjaga air tetap panas, satu lagi menggoreng pohong dan weci.

”Kalau malam minggu ramai. Bisa sampai nyambung Pasar Kebalen,” kata Pak De. Lelaki 50-an tahun ini tak mau menyebut nama aslinya. ”Wes panggil Pak De ae, lebih enak tho,” katanya. Untunglah Pak De mau berbagi pengalaman dengan kami. Paling tidak pengalaman istiqamahnya berjualan kopi untuk hidup sehari-hari.

Secangkir kopi dan beberapa potong pohong goreng akhirnya menemani kami ngobrol dan bersenda gurau. Suasana makin evergreen saat terdengar lagu Duri Hidup milik penyanyi Ida Laila dari tape compo seorang pedagang. Meski lagu terlalu tua untuk kami, tapi nuansa nostalgia itu mampu jadi obat tersendiri. Paling tidak setelah lelah jalan-jalan dan tawar menawar di kawasan roma yang berjajar sepanjang 800-an meter di dua sisi jalan besar itu.

Sumber: http://www.surya.co.id


Menyusuri Gemerlap Roma, Pesta Jual-Beli Kaum Urban

KLOJEN | SURYA-Dari Kalender Tahun Lawas hingga Casio G-Shock.Jalan Gatot Subroto, Klojen, Kota Malang. Menjelang maghrib, nyaris seluruh juragan pemilik pertokoan di sepanjang jalan tersebut mulai menutup folding door besi mereka. Setengah jam kemudian, denyut ekonomi di tempat itu berdetak kembali. Kali ini, bukan para pemilik toko yang berdagang. Namun para ‘pemilik’ teras toko.

Warga Malang mana yang tak kenal Roma. Bukan ibukota Italia tempat Collesseum yang megah itu berada, tapi sebuah nama ’sayang’ untuk menyebut Jl Gatot Subroto di malam hari. Masyarakat, dan pedagang di tempat ini, memanggil jalan ini dengan Roma sebagai singkatan dari Rombengan Malam.

Tengok saja jalan ini saat malam. Ratusan pedagang kaki lima-yang lebih bangga disebut pedagang rombengan-memenuhi teras di kanan kiri Jl Gatot Subroto.

Andi Bramana, 35, seorang lajang yang berdagang pakaian bekas mengatakan, Roma terbentuk sekitar lima tahun lalu. ”Saat itu, penjualnya sangat sedikit. Hanya di sisi barat jalan. Sisi timur masih kosong,” ujar pria yang mengaku mulai berdagang sejak lulus SMP ini.

Tapi, Andi buru-buru menambahkan, kalau aktivitas jual beli barang bekas ini, sebenarnya sudah mulai era 80-an dulu, di kawasan Boldi atas. Aktivitas jual beli di tempat ini dimulai sekitar pukul 19.00 WIB. Pukul 23.00 WIB, pasar ini berakhir. ”Bisa juga berakhir lebih awal. Kalau hujan turun, kami banyak yang bubar,” ucap Andi.

Apa pun, asal itu barang bekas, bisa Anda jual dan cari di sini. Pakaian, atau barang elektronik, seperti ponsel misalnya, tergeletak mengharap untuk dibeli di sepanjang trotoar. Produk ponsel dalam keadaan mulus atau hancur, lengkap dengan aksesorinya memang lebih banyak mendominasi pasar kaum urban ini.

Menurut Andi, baru sekitar tahun lalu, produk ponsel mendominasi kawasan Roma.
Namanya saja pasar rombeng, barang-barang di sini rata-rata sudah dalam keadaan kumuh dan kusut.
Hermanto, 24, pedagang ponsel rusak misalnya. Seluruh dagangannya tidak ada yang bisa digunakan, alias mati total. Lalu untuk apa dijual? ”Biasanya, ponsel seperti ini dibeli oleh para ahli servis ponsel, mas. Nanti diperbaiki, terus katanya bisa dijual lagi,” ujar pemuda yang berdandan ala musisi punk rock ini.

Ponsel rusak milik Hermanto bukan barang yang paling tak bernilai di tempat ini. Masih banyak barang lain, yang membuat kami mengernyitkan dahi, bertanya-tanya untuk apa dijual. Seperti kalender dua tahun lalu, atau fitting (dudukan) lampu bekas, yang di toko listrik, harga barunya tak seberapa itu. ”Yah, mas. Gimana lagi, bisanya cuma kulakan ini. Siapa tahu laku, namanya rejeki,” ucap Mbah Arto, penjual barang rongsokan.

Namun, jangan remehkan kawasan ini. Bila beruntung, Anda bisa mendapatkan barang berkelas dengan harga miring. Sebuah jam tangan Casio G-Shock, yang di pasaran harganya bisa mencapai jutaan, dilepas seharga Rp 150.000 di tempat ini. Namun, terlepas dari barang tersebut barang ‘halal’ atau tidak, pembeli harap tanggung resiko sendiri./AJI BRAMASTRA

Sumber: Radar Malang

Bukan Bekas, tapi Barang Oldies

Pedagang di kawasan rombengan malam (roma) ini memang cukup unik. Mereka tak mau menyebut barang dagangannya rombengan, barang second, atau barang bekas. Mereka lebih suka menyebutnya barang antik. Sebagian lagi menyebut barang oldies.

Namun dari namanya pasar rombengan, yang dijual adalah barang-barang yang usianya tak muda lagi. Ada barang era 98-an, ada pula era 75-an. Khusus pakaian, mereka memang menjual pakaian layak pakai. Banyak pula yang menjual pakaian baru.

Handphone (HP) misalnya. Ada HP nokia keluaran pertama. Saking lamanya sampai penjualnya juga tak tahu jenis nokia apa. Yang pasti HP-nya besar, sebesar lengan orang dewasa. ''Ini barang antik Mas. Sampean susah lho mencari yang kayak gini sekarang,'' kata Kusairi, salah satu pedagang.

Karena barang antik, Kusairi melepasnya dengan harga yang lumayan tinggi. Di atas Rp 1,3 juta. Kalau ingin mencari HP yang lebih murah juga banyak. Harganya berkisar antara Rp 150 ribu hingga Rp 190 ribu. ''Kalau jeli, ada lho HP yang cuma Rp 50 ribu. Temanku ada yang dapat,'' kata seorang anggota rombongan kami.

Selain HP, charger HP juga banyak. Harganya juga jauh di bawah harga pasar umumnya. Salah satu rombongan Radar misalnya, membeli charger nokia hanya Rp 7.500. Sementara harga pasaran sekitar Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu. Barang-barang elektronik bekas juga bisa di dapat di sini. Asalkan jeli, bisa dapat murah dengan kualitas bagus.

Suasana nostalgia kian kental saat kami membeli kaset-kaset oldies. Ada kaset Ida Laila, Rhoma Irama, Vina Panduwinata, Ari Wibowo, dan penyanyi-penyanyi era 70-an lainnya. Selain penyanyi Indonesia, ada juga penyanyi Mandarin.

Soal harga, jangan khawatir. Tidak ikut inflasi kok. Tetap sesuai banderol lama. Yakni Rp 2.500 - Rp 3.000. Sebuah angka yang cukup murah kan untuk ukuran sekarang. Makanya, urusan nostalgia dengan lagu-lagu lama, belanja Rp 50 ribu saja sudah bisa membawa kaset oldies satu kresek.

Miss you My City........

1 Comentário:

miss a shop mengatakan...

bang minta alamat emailnya dong bang,mau nanya-nanya seputar Rombengan Malam ini

 

©2009 Ajang Bisnis | Template Blue by TNB